Yayasan Sarana Wana Jaya

Batik Ecoprint Menumbuhkan UMKM di Pedesaan

DARI REDAKSI

Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang sudah diakui oleh UNESCO pada tahun 2009. Dalam proses membatik dikenal dua cara yaitu, batik dengan cara ditulis dan batik dengan cara dicap. Namun, dewasa ini dikenal satu cara membatik yang dinamakan ecoprint, yang pertama kali dikembangkan di Yogyakarta.

Teknik ecoprint merupakan teknik membatik cap menggunakan cap alami, seperti menggunakan daun untuk memunculkan motif diatas kain basah hingga tercipta sebuah motif unik yang berbeda dari motif batik yang lainnya. Teknik membatik ecoprint sangat mudah diterapkan karena tidak harus memiliki keterampilan khusus untuk membuat motif di atas kainnya.

Ecoprint adalah teknik menciptakan motif pada kain dengan menggunakan bahan alami seperti daun, bunga, dan batang tanaman. Teknik ini melibatkan pemindahan pigmen alami dari bahan-bahan tanaman ke kain sehingga menghasilkan pola unik yang terinspirasi dari alam. Warna alami yang dihasilkan akan beragam, tergantung pada jenis tanaman yang digunakan dan kondisi lingkungan saat proses pembuatannya.

Batik yang dihasilkan melalui teknik ecoprint diklaim lebih lembut, warna dan coraknya unik dan bernuansa alam yang khas. Namun, tidak dapat diproduksi dalam skala besar karena polanya tidak bisa diulang persis sama sebab dipengaruhi oleh jenis tanaman, kondisi cuaca, dan proses alami lainnya. Kadangkala dalam proses pembuatannya tidak dapat diprediksi pola hasilnya. Batik ecoprint sering dianggap sebagai karya seni karena keunikan motif dan nilai estetikanya, sehingga dapat membuat harga jualnya lebih tinggi. Usaha memproduksi batik ecoprint merupakan teknik ramah lingkungan karena menggunakan bahan alami dan pewarna alami dan dinilai mendukung upaya pelestarian lingkungan.

BATIK ECOPRINT MENUMBUHKAN UMKM DI PEDESAAN

Bisnis batik ecoprint diduga dapat berkembang di daerah pedesaan karena memiliki potensi alam berupa pepohonan, tumbuhan dibawah pohon dan di lantai tanah. Terdapat berbagai jenis dedaunan yang diperlukan untuk membuat produk batik ecoprint (Dwita & Sarasati, 2020). Untuk mengawalinya, harus dicari daun–daunan dan bunga di pekarangan sekitar rumah atau di hutan yang memiliki bentuk estetik dan dapat mengeluarkan warna khas. Contohnya daun jati, daun jarak, daun papaya, daun belimbing, daun kersen, daun kayu putih, daun pohon lanang dan daun lainnya. Daun-daunan tersebut dapat berasal dari pepohonan, tumbuhan dibawah pohon seperti semak, atau rumput penutup lantai tanah. Teknik ecoprint merupakan proses untuk mentransfer warna dan bentuk daun, bunga, dan bagian tumbuhan lain ke kain melalui kontak langsung (Flint, 2008), dengan memanfaatkan bagian2 dari tumbuhan tersebut yang mengandung pigmen warna seperti daun, bunga, kulit batang, dan lain-lain.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam ecoprint, yaitu (1) Teknik pounding (dipukul), (2) Teknik steaming (dikukus) dan (3) Teknik direbus. Motif dan warna kain yang dihasilkan dari teknik ecoprint memiliki karakteristik tersendiri, karena motif yang dihasilkan akan berbeda-beda dan tidak bisa diduga hasil akhirnya meskipun menggunakan teknik pembuatan dan jenis tumbuhan yang sama. Jenis kain, proses mordanting (perendaman kain yang akan dibatik) maupun fiksasi juga berpengaruh pada hasil akhirnya.

Secara garis besar proses pembuatan batik ecoprint sebagai berikut.

  1. Penyiapan kain: jenis kain yang akan dibatik adalah jenis kain yang dapat di mordan yaitu kain yang 100% terbuat dari serat alami seperti jenis kain katun, linen dan sutra, atau kain yang terbuat dari material serat semi sitetis berbahan baku alami, sehingga memiliki daya serap yang baik. Untuk hasil yang lebih memuaskan, dapat menggunakan koleksi kain mori berkualitas tinggi seperti mori primis, mori prima, sutra super 56 dan banyak lagi. Pembelian kain untuk batik ecoprit dapat ke Bahankain.com yang melayani pembelian kain meteran atau yard dan roll untuk memenuhi kebutuhan UMKM.
  2. Mordanting yaitu proses dalam pewarnaan tekstil khususnya dengan zat warna alami, yang bertujuan untuk meningkatkan daya serap dan ketahanan warna pada kain.  Proses ini akan (a) menghilangkan komponen-komponen pada serat kain seperti lilin, lemak, atau kanji, yang dapat menghalangi penyerapan zat warna, (b) memperkuat ikatan warna antara zat warna alami dan serat kain agar warna lebih awet dan tidak mudah luntur, (c) meningkatkan kualitas warna agar lebih merata dan tajam pada kain.

Proses mordanting sebagai berikut:

  1. Rendam kain dalam larutan deterjen selama 12 jam atau semalam, untuk menghilangkan kotoran yang masih menempel pada kain. Jemur dengan angin2 sampai kering.
  2. Siapkan larutan untuk mordan. Pertama masukan 20 gr soda abu ke dalam 3 liter air bersih, aduk sampai benar2 larut. Setelah itu tambahkan tawas 90 gr lalu aduk sampai tercampur rata.
  3. Masukan kain yang akan dimordan sampai seluruh bagiannya terendam.
  4. Selanjutnya rebus kain sampai air mendidih. Jika air sudah cukup panas, baliklah kain sampai air mendidih lagi
  5. Matikan kompor jika seluruh kain sudah terendam sempurna.
  6. Diamkan kain dalam panci selama 1 – 2 hari.

Setelah perendaman selesai, kain dibilas dan dikeringkan sebelum digunakan untuk proses pewarnaan. Sukses tidaknya proses pewarnaan kain batik ecoprint sangat tergantung pada proses mordanting: warna yang dihasilkan tidak hanya indah tetapi juga tahan lama dan berkualitas.

  1. Memilih warna kain yang akan dibatik yaitu kain polos berwarna cerah biasanya warna putih. Bila kain akan diberi warna dasar selain putih, dapat menggunakan bahan pewarna alami. Misal warna pink kemerahan menggunakan kayu/akar secang, warna oranye kecoklatan menggunakan kulit kayu mahoni, warna coklat lebih gelap menggunakan kulit buah kelapa, warna coklat keunguan menggunakan kulit manggis, warna merah menggunakan bawang merah. Bahan alami tersebut ditumbuk lalu direbus menggunakan air hingga mendidih.
  2. Penyiapan bahan alami untuk batik ekoprint: seperti daun2 an dan bunga tanaman. Bahan2 tersebut akan memberikan warna pada kain, serta estetika keindahan batiknya. Untuk itu perlu memilih daun dan bunga yang bentuknya indah dan menarik agar dihasilkan batik ekoprint yang indah.
  3. Kain putih yang telah dicelupkan kedalam air, atau kain yang telah dicelupkan ke dalam air pewarna alami, kemudian diperas lalu dibentangkan di atas lantai atau meja yang telah diberi alas plastik. Selanjutnya susun bahan alami daun dan bunga di atas kain tersebut sesuai dengan desain dan kombinasi yang diinginkan sehingga akan menghasilkan batik yang menarik dan indah.
  4. Pukul-pukul bahan alami tersebut menggunakan palu kayu atau alat pemukul lainnya untuk membantu melepaskan pigmen warna ke kain.
  5. Setelah itu kain yang telah ditempeli dedaunan tersebut ditutup lagi menggunakan lembaran kain putih setengah basah kemudian digulung rapi, dilipat hingga seukuran panjang 40 cm dan diikat erat. Kemudian kukus gulungan kain tersebut selama sekitar dua jam.
  6. Setelah kain selesai dikukus, kemudian di buka lipatannya, daun dan bunga tadi diangkat sehingga akan tampak hasil batik ekoprint dengan gambar serta warna daun dan bunga alami.
  7. Kain batik ekoprint yang masih basah lalu dijemur ditempat yang teduh kurang lebih tujuh hari hingga kering.
  8. Fiksasi: setelah itu kain yang sudah bermotif batik ekoprint tersebut direndam dalam larutan tawas atau cuka untuk menghasilkan warna asli, menghilangkan warna semu, dan membantu fiksasi warna agar tidak mudah luntur. Tawas dosis 70 gr/liter air akan menghasilkan warna sesuai warna asli kain. Kapur dosis 50 gr/liter air akan menghasilkan warna lebih tua.
  9. Keringkan kain yang sudah difiksasi di tempat teduh hingga benar-benar kering.

Batik ecoprint ini lebih kontemporer dibandingkan batik yang digambar ataupun dicetak dengan motif batik klasik. Ecoprint tidak menggunakan alat seperti canting (alat seperti pena untuk membatik) dan bahan malam, namun menggunakan bahan yang terdapat di alam sekitar, seperti aneka dedaunan yang menghasilkan warna alami. Batik ecoprint ini merupakan terobosan baru pada warisan budaya, yaitu menggunakan bahan-bahan alam yang dapat diperbarui, ramah lingkungan karena memanfaatkan pewarna alami dari tumbuhan. Produk yang dihasilkan dari ecoprint bisa menjadi peluang usaha karena ecoprint memiliki nilai seni dan nilai jual yang tinggi. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya limbah pewarna sintetis telah mendorong penggunaan pewarna alami untuk melindungi kelestarian lingkungan. Di Indonesia, penggunaan zat warna alami juga dianggap sebagai kekayaan budaya warisan nenek moyang yang masih tetap dijaga keberadaannya khususnya pada proses pembuatan batik. Jenis2 produk yang dapat digunakan untuk merintis usaha batik ecoprint skala rumah tangga terutama jenis2 kerajinan tangan seperti taplak meja, kipas, berbagai bentuk dan ukuran tas, pasmina dll yang ukuran relative kecil.

Exit mobile version