Oleh: Bambang Edy P (Yayasan Sarana Wana Jaya)
Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah World Water Forum ke 10 yang diselenggarakan di Bali pada tanggal 18 sampai 25 Mei 2024. Forum air internasional ini mengangkat tema ‘Water for Shared Prosperity’ atau Air untuk Kesejahteraan Bersama, hal ini sejalan dengan komitmen negara-negara di dunia yang ingin mencari solusi untuk meningkatkan dan mengelola sumber daya air yang berkelanjutan sebagai langkah menghadapi perubahan iklim. Dalam forum tersebut akan membahas empat hal, yaitu konservasi air (water conservation), air bersih dan sanitasi (clean water and sanitation), ketahanan pangan dan energi (food and energy security), mitigasi bencana alam (mitigation of natural disasters). Dari forum tersebut yang diharapkan adalah hasil konkret pengarusutamaan pengelolaan air terpadu untuk pulau-pulau terkecil atau Integrated Water Resources Managemant (IWRM) on Small Islands, dan pembentukan pusat keunggulan atau praktik terbaik untuk ketahanan air dan iklim atau Center of Excellence on Water and Climate Resilience (COE) serta penetapan Hari Danau Sedunia (World Lake Day).
Usulan Indonesia untuk penetapan Hari Danau Sedunia sangat penting karena danau alam maupun buatan berfungsi sebagai sumber daya air yang sangat signifikan guna menunjang kehidupan. Selain itu, danau berfungsi juga sebagai daerah tangkapan air, habitat keanekaragaman hayati, ekonomi, sosial, lingkungan dan budaya maupun kearifan lokal. Danau merupakan ekosistem khas menempati ruang permukaan bumi yang kecil apabila dibandingkan dengan ekosistem lainnya, tetapi memiliki peran bagi kehidupan yang jauh lebih tinggi dibanding luas wilayahnya. Danau sebagai sumber daya alam masih dianggap common pool goods sehingga mendorong pemanfaatannya sangat ekstraktif yang melampaui daya dukung. Implikasi dari hal tersebut menyebabkan kerusakan ekosistem danau yang dapat menurunkan fungsi dan daya tampung danau.
Para ilmuwan penemukan bahwa danau-danau di dunia lebih 50% mengalami kehilangan air selama periode 1992 sampai 2020, hal ini disebabkan perubahan iklim, konsumsi manusia dan sedimentasi. Hilangnya air danau menjadi masalah serius, karena danau menyediakan sumber air yang penting untuk penyediaan air minum, irigasi dan energi. Selain itu terdapat sekitar 2 miliar orang yang tinggal di cekungan danau yang mengering dan hampir 90% air tawar di permukaan bumi tersimpan di danau dan waduk. Memperhatikan fungsi danau sebagai sumber daya air yang sangat penting dan kondisi danau di seluruh dunia yang memerlukan perhatian dari semua pihak. Usulan Indonesia dalam World Water Forum ke 10 untuk menetapkan Hari Danau Sedunia atau World Lake Day sangat relevan untuk mendapat perhatian dunia dalam upaya mengatasi krisis air dan penyelamatan danau. Dalam forum tersebut diharapkan menjadi momentum negara-negara di dunia untuk merevitalisasi aksinya dan komitmen bersama dengan berbagi pengetahuan, mendorong solusi inovatif dan mewujudkan manajemen sumber daya air yang terintegrasi.
Danau di Indonesia
Pengertian danau cukup beragam, pendiri Limnologi atau ‘studi tentang danau’ Francois-Alphonse Forel seorang dokter Swiss yang mempelajari danau Jenewa tahun 1868, menyatakan bahwa danau merupakan badan air di darat yang memiliki pergerakan air tenang, menempati basin dan airnya mengalir kelaut. Sedangkan kamus besar Bahasa Indonesia pengertian danau adalah genangan air yang sangat luas dikelilingi daratan. Ada pula yang memaknai danau adalah cekungan besar dipermukaan bumi yang digenangi air bisa tawar atau asin, seluruh cekungan tersebut dikelilingi daratan. Perairan danau sebagai ekosistem alami bersifat terbuka, artinya keberadaan ekosistem danau memiliki interaksi dinamis dengan lingkungannya. Seperti perubahan penggunaan lahan di sekitar danau untuk pertanian dan pembangunan ekonomi akan memberikan dampak hidrologis terhadap danau. Karakteristik landskap danau yang mencakup tutupan lahan, hidrologi, dan penggunaan lahan berpengaruh terhadap karakteristik fisik, kimia dan biologi danau. Oleh karena itu ekosistem danau dengan lingkungannya merupakan kesatuan sistem yang antar komponennya terbangun hubungan interdependensi.
Keberadaan danau di Indonesia sebagai sumber daya air sangat penting untuk mendapatkan perhatian, karena saat ini telah terjadi degradasi akibat kerusakan daerah tangkapan air (DTA) yang menyebabkan sedimentasi dan pendangkalan danau, pemanfaatan yang berlebihan dan perubahan perubahan iklim. Perkembangan terakhir berdasarkan hasil identifikasi tim dari LIPI tahun 2020, jumlah danau di Indonesia sebanyak 5.807 danau yang terdiri atas 1.022 danau alami, 1.314 danau buatan dan 3.471 danau tidak terindentifikasi apakah danau alami atau buatan, yang memiliki luas total 586.871,64 hektar hampir sama dengan luas negara Thailand. Dari seluruh danau tersebut yang telah mendapat perhatian pemerintah dan akan dilakukan revitalisasi sebanyak 15 danau yang tergolong kritis dan prioritas namun baru 10 danau yang telah ditangani, disinyalir masih banyak danau-danau di Indonesia yang telah rusak.
Kondisi kritis tersebut ditunjukkan oleh volume air dan kualitas perairan danau yang semakin menurun. Penurunan kualitas perairan danau disumbang aktivitas daerah tangkapan air dan aktivitas ekonomi di perairan danau. Aktifitas ekonomi di perairan danau di Indonesia sebagai besar adalah perikanan budidaya dengan sistem keramba jaring apung yang saat ini berkembang pesat sehingga dapat memberikan dampak negatif dalam bentuk limbah organik yang berasal dari sisa-sisa pakan ikan atau udang. Implikasinya adalah menurunnya kualitas perairan danau dan akan mengancam keberlangsungan fungsi danau serta mengganggu species endemic.
Seperti yang disampaikan Dyah Murtiningsih Dirjen Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Lahan Kementerian LHK seusai sesi panel bertajuk Urgent Call to Save our Lake pada World Water Forum ke 10, memberikan contoh bahwa Danau Batur di Bali yang termasuk 15 danau prioritas untuk diselamatkan karena adanya keramba dan apabila dibiarkan menjadi masif akan mengganggu ekosistem danau. Selain itu, ketika terjadi penebangan hutan dan aktivitas pertanian yang tidak terkendali di catchment area dapat menyebabkan sedimentasi dan terjadi pendangkalan danau, dan aktivitas pariwisata menggunakan kapal bermotor yang berlebihan dapat menimbulkan limbah di danau yang disebabkan sisa-sisa buangan bahan bakar. Terdapat berbagai permasalahan yang terjadi pada danau di Indonesia, terutama terhadap ekosistim aquatic (badan air), ekosistem terestrial (DAS dan DTA) dan sempadan danau yang dapat menjadi potensi merusak atau mendegradasi danau. Potensi kerusak terhadap badan air danau dapat berupa eutrofikasi (proses perkembangbiakan tumbuhan air dengan cepat karena memperoleh zat makanan berlimpah akibat pemupukan nutrisi yang berlebihan) yang menyebabkan berkembangnya eceng gondok, pendangkalan yang menyebabkan penurunan muka air danau, pencemaran oleh limbah, dan penurunan keanekaragaman hayati akibat dimasukkannya ikan-ikan infasif. Sedangkan kerusakan ekosistem terestrial dan sempadan danau akibat pemanfaatan lahan yang tidak terkendali dapat menyebabkan erosi.
Posted inArtikel