Tanggal 15 s/d 17 Oktober 2019 Rimbawan Senior Yayasan Sarana Wana Jaya (YSWJ) melakukan kunjungan ke sungai Citarum, sungai terpanjang di Jawa Barat yang memiliki peranan vital dan strategis tidak hanya bagi masyarakat disekitarnya tetapi juga bagi masyarakat diluarnya. Bagi masyarakat perkotaan termasuk Jakarta, sungai Citarum merupakan sumber air bersih bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Disamping itu, melalui Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) waduk Cirata, sungai Citarum merupakan sumber pembangkit listrik dengan daya 1.008 MW yang didistribusikan untuk daerah Jawa dan Bali.
Namun sungai Citarum kini menanggung beban berat berupa sedimentasi dari erosi tanah kritis didaerah hulu dan pencemaran sungai. Diperkirakan 26.000 ha tanah dihulu sungai Citarum kritis dan kurang lebih 7.500 ton sedimen masuk ke sungai Citarum setiap tahun. Sementara itu 340 ribu ton limbah industri dibuang ke sungai Citarum setiap hari, belum termasuk limbah domestik dan ternak yang setiap hari juga dibuang ke sungai Citarum. Dalam kondisi demikian, beberapa lembaga internasional menyatakan Citarum sebagai salah satu sungai paling tercemar di dunia. Mencermati kondisi ini, Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 15 tahun 2018 yang bertujuan menyelamatkan sungai Citarum dengan pelbagai upaya sehingga dalam kurun waktu 7 tahun diharapkan menjadi sungai yang bersih.
Tour De’ Citarum Rimbawan Senior bermaksud memperoleh informasi dan gambaran di lapangan tentang program dan kegiatan revitalisasi sungai Citarum yang telah dilaksanakan oleh para pihak berdasarkan Perpres tersebut. Kunjungan dimulai dari Waduk Cirata dengan permasalahan Karamba Jaring Apung (KJA) yang jumlahnya melampaui daya dukung. Dilanjutkan ke gunung Patuha dan gunung Rakutak, meninjau rehabilitasi hutan lindung (RHL) dan perhutanan sosial (PS) di hutan lidung. Kunjungan diakhiri ke Danau Cisanti, yang merupakan sumber mata air sungai Citarum yang semula kondisinya kumuh dipenuhi oleh eceng gondok, namun pada tahun 2018 diserbu oleh 400 orang personil Kodam Siliwangi sehingga dan dalam tempo 4 bulan disulap menjadi kawasan wisata yang bersih dan cantik.
Beberapa catatan hasil kunjungan Rimbawan Senior sebagai berikut.
1. Satgas Citarum telah membuat gebrakan untuk membersihkan waduk Saguling, Cirata, Jatiluhur dari pencemaran dengan cara melakukan penertiban KJA dan menghijaukan kembali tanah kritis dengan melakukan penanaman pohon di tanah milik. Penertiban KJA dilakukan karena jumlah KJA saat ini telah melampaui daya dukung dan menimbulkan pencemaran waduk dan sungai Citarum. Sedangkan pada lahan kritis di tanah milik, dilakukan penghijauan dengan tanaman kopi dan kayu-kayuan untuk peneduh tanaman kopi.
Namun langkah penertiban ini menimbulkan tantangan baru, sebab jumlah KJA yang sudah melampaui daya dukung lingkungan sungai atau waduk harus dikurangi jumlahnya dengan cara melakukan alih usaha, dimana petani karamba harus beralih usaha ke sektor lain serta mencegah masuknya petani karamba baru dari luar. Demikian pula petani di lahan kritis yang semula bercocok tanaman sayur dengan cara olah tanah intensif juga harus beralih usaha menjadi petani kopi yang tidak memerlukan olah tanah intensif. Proses alih usaha ini merupakan tantangan yang harus dicarikan solusi secara holistik.
2. Gunung Wayang dan Gunung Patuha berada di hulu Sungai Citarum. Pada lokasi yang terbuka di Gunung Patuha dilakukan rehabilitasi hutan lindung (RHL) kerjasama antara Perhutani dengan BP DAS & HL Citarum-Ciliwung. Bibit untuk kegiatan RHL disiapkan oleh Perhutani dengan cara membangun unit pembibitan di sekitar Danau Cisanti. Di bawah tegakan ditanami tanaman kopi milik masyarakat yang dikelola dengan pola perhutanan sosial (PS) yang telah memperoleh SK Pengakuan dan Perlindungan Kemitraan Kehutanan (SK Kulin KK) dengan jangka waktu 35 tahun. PS telah mampu meningkatkan lapangan kerja di pedesaan, namun untuk meningkatkan pendapatan petani kopi peserta PS diperlukan bantuan modal agar mereka tidak terjerat oleh tengkulak atau pengijon. Umumnya peserta PS tidak mengetahui bahwa di HL tidak diperbolehkan mengolah tanah untuk tumpang sari, sehingga pendampingan peserta PS perlu diperkuat.
3. Pembersihan sungai Citarum dilakukan oleh Satgas Citarum bersama masyarakat. Sementara itu pemerintah telah meluncurkan program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas) dan Tempat Pengelolaan Sampah dengan Pendekatan Reduce, Reuse dan Recycle (TPS3R) melalui program Infrastruktur Berbasis Masyarakat (IBM). Program ini harus menjadi gerakan sehingga menumbuhkan budaya bersih. Program ini yang telah dilakukan oleh masyarakat desa Ciptagumanti, Kecamatan Cikalong Wetan tidak sempat ditinjau dalam Tour De’ Citarum, karena keterbatasan waktu.
Jakarta, 28 November 2019.
Tim Puskashut.
Poedjo Rahardjo