Apabila lahan gambut dialihfungsikan untuk budidaya pertanian, perkebunan atau pemukiman maka kerentanannya terhadap kebakaran masih tinggi. Hal ini karena pemanasan global dikhawatirkan akan mempercepat lepasnya karbon ke udara akibat dekomposisi gambut oleh mikroba. Pada kondisi alami, proses dekomposisi ini tetap berjalan dan pelepasan karbon tetap terjadi hanya saja secara simultan tanaman yang tumbuh juga menyerap CO2 tadi dan menghasilkan biomassa yang terakumulasi di permukaan tanah. Namun bila lahan gambut dibuka dan didrainase, maka kehilangan air menyebabkan proses dekomposisi gambut berjalan cepat, sedangkan proses pembentukan gambut berjalan lama sehingga karbon terlepas ke udara.
Terkait hal tersebut pemerintah memutuskan untuk melakukan restorasi gambut. Salah satu alternatif budidaya yang cocok untuk pertanian di lahan gambut adalah paludikultur yang dianggap sesuai pada kondisi gambut yang selalu basah. Menurut Shiel (2009), tanaman seperti kelapa, kopi, kakao meskipun dapat tumbuh dengan baik tetapi bukan tanaman asli lahan rawa, sebab hanya mampu hidup jika gambut didrainase sehingga budidaya tanaman dengan sistem drainase bukanlah paludikultur.
Yayasan Sarana Wana Jaya
Sang Penyokong Konservasi